Click Here For Free Blog Templates!!!
Blogaholic Designs

Pages

**Music**

Get Free Music at www.divine-music.info
Get Free Music at www.divine-music.info

Free Music at divine-music.info
Minggu, 02 September 2012

Burung Madu Sangihe, Burung Pematah Leher


Burung Madu Sangihe
Burung Pematah Leher



Burung Madu Sangihe kerap dianggap sebagai burung pematah leher oleh para birdwatcher (pengamat burung). Ini lantaran burung pemakan madu yang endemik Pulau Sangihe, Sulawesi ini sulit diamati terutama saat memaka madu di tajuk-tajuk pohon yang tinggi. Sehingga setelah mengamati burung ini dijamin leher pasti akan kaku lantaran terlalu lama mendongak.


Burung Madu Sangihe yang mempunyai nama latin Aethopyga duyvenbodei merupakan burung endemik Pulau Sangihe, Sulawesi Utara. Burung ini termasuk satu diantara burung langka di Indonesia yang berstatus endangered (terancam punah).
Bahkan lantaran persebarannya yang terbatas di Pulau Sangihe dan beberapa pulau sekitarnya, burung pemakan madu ini pernah dianggap sebagai "burung paling langka di kawasan Wallacea (sekarang Indonesia Bagian Tengah)".


Burung ini dikenal dalam Bahasa Inggris sebagai "Elegant Sunbird" atau "Sanghir Sunbird". Sedangkan dalam bahasa latin (ilmiah) dideskripsikan sebagai "Aethopyga duyvenbodei" (Schlegel, 1871).
Deskripsi Burung Madu Sangihe. Burung ini berukuran kecil sekitar 12 cm. Burung jantan memiliki bulu bagian kepala atas berwarna hijau metalik & biru, sekitar telinga berwarna ungu kebiruan sedangkan bagian punggung berwarna kekuningan, dan tunggir serta tenggorokan berwarna kuning. Burung Madu Sangihe (Aethopyga duyvenbodei) betina bagian atasnya berwarna zaitun kekuningan, sedangkan bagian tunggir, tenggorokan dan bagian bawah berwarna kuning. Paruhnya relatif panjang dan melengkung.


Ukuran Elegant Sunbird yang kecil dan gerakannya gesit sehingga terkadang sulit diamati. Burung ini sering kali didapati sendiri atau hidup berpasangan. Terkadang juga dalam kelompok-kelompok kecil. Selain memakan madu, burung ini juga memakan serangga dan laba-laba. Suara burung ini belum terdeskripsikan dengan pasti tapi cenderung tinggi.
Persebaran Burung Madu Sangihe terbatas (endemik) Pulau Sangihe dan pulau-pulau sekitar di Sulawesi Utara. Beberapa lokasi yang tercatat sebagai habitat burung ini antara lain Gunung Awu, Pegunungan Sahendaruman, Tabukanlama, Petta, Tahuna, Ulung Pelian dan Kedang.


Habitat yang disukai Burung Madu Sangihe (Aethopyga duyvenbodei) antara lain hutan primer, perkebunan campuran di tepi dan hutan sekunder, semak-semak, mulai dari dataran rendah hingga ketinggian sekitar 1000 m dpl.
Populasi burung endemik Sulawesi Utara ini semakin hari semakin meurun. Menurut data www.birdlife.org (2002) berdasarkan penelitian lapangan pada 1998-1999, populasiny diperkirakan berkisar antara 18.900-43.800 ekor. Penurun populasi ini diakibatkan oleh deforestasi hutan akibat perambahan hutan dan alih fungsi hutan.


Mengingat daerah sebarannya yang terbatas dan jumlah populasinya yang semakin menurun, IUCN Redlist menetapkan Burung Madu Sangihe (Aethopyga duyvenbodei) dalam status konservasi endangered (terancam punah). Oleh Pemerintah Indonesia, burung ini juga termasuk dalam burung yang dilindungi berdasarkan PP No. 7 Tahun 1999.
Bagi yang ingin melihat keindahan dan kelincahan Burung Madu Sangihe selain harus datang ke Pulau Sangihe perlu juga menyiapkan tukang pijat. Karena saat mengamati burung ini leher bisa terasa seperti patah lantaran terlalu lama mendongak ke atas. Memang inilah "Si Burung Pematah Leher".

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...